Surabaya, Jatiminside.com – Budidaya tanaman melon tidaklah mudah, terutama jika dilakukan secara konvensional yang hanya mengandalkan perkiraan. Selain tantangan dalam teknik bercocok tanam, kendala pemasaran juga kerap menjadi masalah utama bagi petani.
Menjawab berbagai persoalan tersebut, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) melalui program Matching Fund (MF) telah menghibahkan prototipe sistem IoT dan aplikasi monitoring tanaman melon yang dinamakan Replon Dashboard. Prototipe ini diserahkan kepada petani melon di Kecamatan Wates, Blitar, pada 22 November 2024.
Ketua Program MF, Ronny Susetyoko mengungkapkan bahwa tim PENS telah meneliti permasalahan yang dihadapi petani melon selama satu tahun terakhir.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Pertanian merupakan sektor penting di Kecamatan Wates, Blitar, khususnya melon. Sektor ini membutuhkan sentuhan teknologi, mulai dari proses penanaman, pemupukan, perawatan, hingga panen dan pemasaran,” jelas Ronny pada Minggu (1/12/2024).
Replon Dashboard mencakup aplikasi berbasis Android yang dilengkapi dengan tampilan web untuk login petani dan memantau kebun. Selain itu, sistem ini dilengkapi dengan perangkat kontrol elektronik, sensor tanah, dan udara yang mampu mengukur suhu serta kelembapan.
Sensor tersebut juga dapat mendeteksi kandungan NPK pada tanah. Dengan data ini, petani dapat memastikan kondisi tanah optimal sebelum memulai penanaman. Setelah proses penanaman, pertumbuhan tanaman melon dapat dipantau secara berkala hingga masa panen.
Ketua Kelompok Tani Republik Melon, Ilham Zulfahmi menjelaskan bahwa banyak petani menghadapi berbagai kendala, terutama terkait produktivitas.
“Dari 70 anggota kelompok tani, sekitar 50 orang sudah masuk ke dalam database. Namun, rata-rata mereka mengalami masalah dan yang paling mencolok adalah produktivitas,” kata Ilham.
Produksi melon cenderung menurun dari waktu ke waktu. Di tahun pertama, misalnya, lahan greenhouse seluas 10m x 50m dapat menampung 1.000 pohon melon dengan hasil panen 1 buah per pohon seberat 2 kg. Namun, di tahun kedua dan ketiga, terjadi penurunan hasil hingga 30-50%, bahkan ada yang gagal panen.
Untuk mengatasi hal ini, petani mencoba melakukan peremajaan tanah dengan menanam lombok dan tomat. Namun, efektivitas metode ini masih belum teruji secara signifikan.
Ilham berharap penggunaan Replon Dashboard dapat membantu meningkatkan produksi melon di wilayah tersebut.
“Di Kecamatan Wates terdapat 350 greenhouse yang dikelola oleh sekitar 70 petani. Dengan adanya teknologi ini, kami optimis produktivitas dapat meningkat. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada tim PENS atas dukungannya,” imbuhnya.
Selain menyerahkan prototipe, tim PENS juga memberikan pendampingan alih teknologi kepada petani. Setiap petani yang menggunakan sistem ini akan didata dan diberikan akun untuk memonitor kebun mereka tanpa harus datang ke lokasi. Bahkan, saat masa panen tiba, aplikasi ini memungkinkan pemantauan jumlah hasil panen dan distribusinya. (Rls/Hdi/Ir)